Coba Semua bisa seperti Ibu yang satu ini, saya kira akan lahir banyak kader yang arif dan bijaksana, dari sudut pandang yang di lihat dari ibu satu ini menyikapi cara mendidik dari sudut pandang yang berbeda. Untuk lebih jelasnya mungkin bisa di baca kutipan yang saya ambil dari Pikiran-Rakyat.com ini. Dan semoga menjadi inspirasi dan memotivasi para pendidik yang ada di negeri ini.
Een Sukaesih |
Kasih sayang jadi kunci keberhasilan pendidikan. Hal itulah yang menjadi pegangan Een Sukaesih dalam mengabdikan hidupnya dalam dunia pendidikan. Meskipun penyakit Rheumatoid Arthritis, penyakit autoimun yang menyerang syaraf telah melumpuhkan tubuhnya selama 28 tahun. Een tetap memiliki tekad kuat dan pengabdian yang besar untuk membagi ilmunya kepada para anak didik.
Dengan terbaring di atas ranjang beroda, Een pun memberikan kuliah umum dihadapan civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia. Bertempat di Balai Pertemuan UPI, Jumat (7/6/2013), Een berbagi pengalaman hidupnya. Baginya penyakit yang dideritanya telah memberikan penderitan yang teramat berat. Bahkan dokter pun sempat memvonis tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakitnya.
"Ketika itu hidup saya sudah terasa hancur dan mimpi sudah sirnah. Akan tetapi saya punya keyakinan penentu segalanya Yang Maha Kuasa," ujar Een.
Meskipun sakit, Een tetap mampu menyelesaikan kuliah di D3 IKIP Bandung jurusan Bimbingan Konseling. Akan tetapi kondisinya tak kunjung membaik, setelah mendapat SK mengajar Cirebon penyakitnya semakin parah hingga dia harus kembali ke rumah. Sejak itu Een tidak bisa berjalan. Penderitaan semakin bertambah semakin parah dengan infeksi usus yang menyerang tubuhnya.
"Betapa terpuruknya saya dalam kepedihan. Sebenarnya saya ingin bangkit tapi kondisi saya tdak memungkinkan. Kehadiran anak-anak yang ingin belajar membaca dan menulis dan tugas sekolah maka dari situ saya bangkit kembali. Dengan niat yang iklas saya mencoba berbagi ilmu kepada mereka. Ilmu saya tidak banyak, pengetahuan saya tidak luas tapi dengan tekad kuat mencerdaskan anak bangsa membuat saya bangkit dr keterpurukan," ujar Een seraya memejamkan mata.
Kepada peserta kuliah umum yang hadir, Een pun membagi kekuatan yang membuatnya kuat disaat terpuruk. Keimanan kepada Allah SWT menjadi yang utama dalam segala kesulitan. Berprasangka baik kepada yang Maha Kuasa sehingga apapun hal yang diberikan merupakan yang terbaik untuk kita. Selanjutnya kita harus selalu bersyukur dan bersabar serta bersikap optimistis, tidak mudah menyerah dan putus asa.
Bagi Een, pengalaman adalah guru yang paling berharga. Hidup adalah perjalanan yang harus ditempuh apapun keadannya dan setiap manusia akan menjalai hidup itu sesuai dengan takdirnya. "Saya memiliki pengalaman dalam hidup sepert ini yang memotivasi saya untuk menjadi guru yang berdedikasi," ujarnya.
Een menuturkan saat dirinya di kelas 6 SD, cita-cita menjadi guru muncul karena terinsipasi oleh gurunya. Semangat disiplin, mempunyai dedikasi tinggi dan penuh tanggung jawab ada dalam sosok sang guru. Bagi Een, saat ini sangat sulit menemukan sosok guru sepert itu. Dari sosok insiparatif itulah Een banyak belajar.
Dengan dedikasi Een dalam dunia pendidikan, UPI menganugrahkannya Anugerah Pengabdian Sepanjang Hayat. Een juga mendapatkan Penghargaan Special Award Ajang Penghargaan SCTV Liputan 6 dengan tiga kategori. Pertama untuk kategori Pendidikan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kategori Kemanusiaan.
Rektor UPI Prof. Sunaryo Kartadinata menilai pengabdian Een telah menginspirasi dunia pendidikan Indonesia. Nilai-nilai pendidikan, nilai pengabdian kepada bangsa negara menjadi yang utama untuk ditanamkan kepada penerus bangsa.