Puasa semestinya dipahami sebagai cara Allah untuk memperbaiki watak, perilaku, atau akhlak manusia. Oleh karena itu maka, setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka manusia mendapatkan derajat taqwa. Pada saat idul fitri, seseorang yang telah menjalankan puasa disebut telah kembali menjadi fitri, yaitu bagaikan bayi yang baru lahir, tidak memiliki dosa lagi.
Dengan demikian, puasa adalah semacam pelatihan secara menyeluruh, baik dari aspek jasmaninya, pikirannya, dan juga hatinya dengan maksud agar menjadi baik kembali. Secara jasmaniah, tatkala berpuasa, seseorang tidak dibolehkan makan dan minum di siang hari serta meninggalkan hal lainnya yang membatalkan puasanya. Di siang itu, makanan yang halal dan baik saja dilarang dimakan, apalagi yang haram dan tidak baik. Itulah latihan pengendalian diri dari aspek jasmani.
Sedangkan pelatihan yang terkait dengan pikiran, orang yang sedang berpuasa dianjurkan untuk banyak bertadarrus dan bertadabbur al Qur’an. Dengan melakukan hal itu, maka wawasannya menjadi luas, mereka akan mengenal tentang sikap yang seharusnya dikembangkan, misalnya harus menjalin kasih sayang dengan sesama, memiliki rasa syukur, memahami tentang hidup, tidak saja di dunia tetapi juga dia kherat. Selain itu, dengan tadarrus dan tadabbur al Qur’an, seseorang akan mengenal tentang hari pembalasan, kepada siapa menyembah dan juga memohon pertolongan, serta akan memiliki kesadaran sejarah kemanusiaan.
Demikian pula, puasa juga melatih kehidupan hati atau qolb. Hati seseorang harus sehat, karena itu harus dilatih dengan cara banyak berdzikir, shalat berjama’ah, shalat sunnah, shalat tarweh, witir dan lain-lain. Itu semua adalah sebagai cara untuk menghidupkan dan menyehatkan hati, agar mampu bersyukur, ikhlas dan sabar. Orang yang hatinya sehat, maka akan mampu membangun komunikasi antar sesama menjadi menyenangkan. Sebaliknya, jika hatinya sakit dan apalagi mati, maka akan melahirkan sifat dengki, iri hati, atau hasut dan kufur nikmat.
Maka, dengan demikian itu, puasa akan melahirkan orang yang hatinya sehat, pikirannya jernih, dan demikian pula jasmaninya menjadi sehat. Orang yang dalam keadaan seperti itu maka akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Hidupnya akan dirasakan sebagai nikmat, memiliki harapan masa depan hingga kehidupan di akherat, pikiran dan hatinya akan terbebas dari rasa khawatir dan takut terhadap siapapun, kecuali kepada Tuhannya. Puasa yang demikian itu akan menjadikan pelakunya seolah-olah berada pada fase awal kehidupannya, yaitu telah terbebas dari beban dosa, hingga disebut kembali fitri, atau bersih kembali dari dosa.
Untuk Lebih Detail Makalah "Ibadah Puasa Sebagai Pembentukan Karakter "ini, Bisa langsung di download